11.50 PM
Sementara orang-orang lain sedang heboh merayakan pergantian tahun, aku malah memutuskan untuk tidak ikut Yvonne dan kawan-kawan untuk bertahun baru di Bali. Seperti biasa, Yvonne mencibir kepadaku saat aku berkata "Sorry Von, gue nggak bisa ikut..." dan aku terpaksa berbohong bahwa aku akan menghabiskan tahun baru bersama adik-adikku di Pulau Bidadari. Padahal sebenarnya adik-adikku punya acara tahun baru sendiri-sendiri, dan tentu saja aku malas ikut campur urusan anak-anak ABG.
Jadi sekarang aku sedang duduk di tempat tidurku, lalu mondar-mandir sekitar kamar. Itu-itu saja. Bukannya apa-apa, tapi aku merasa agak malas untuk menghabiskan pergantian tahun ini dengan cara liburan ke luar kota atau luar negeri. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku, sesuatu yang membuatku malas untuk bersenang-senang. Sesuatu yang membuatku hanya ingin berdiam diri di kamar sambil merenung.
Aku melihat ke arah jam dinding. Tepat sepuluh menit lagi, sebuah tahun yang baru akan dimulai. Tahun yang baru selalu identik dengan resolusi hidup baru, keyakinan baru, kepercayaan diri yang baru, dan permulaan yang baru.
Tapi bagaimana aku bisa memulai sesuatu yang baru jika aku belum bisa merelakan yang terakhir kulepas?
11.55 PM
Aku memandang ke arah jam dinding dengan gelisah. Ah, 5 menit lagi! 5 menit lagi dan aku sama sekali belum bisa berubah. Dinda yang dulu sepertinya akan menjadi Dinda 5 menit kedepan. Sebenarnya aku ingin membiarkan waktu berlalu. Biar saja jam dua belas tiba, toh juga tidak akan ada yang berubah, pikirku. Namun aku tiba-tiba mengingat sebuah kalimat berbunyi, "Selama kita masih menghirup nafas yang sama, selama kita masih tidur beratapkan langit yang sama, selama kita masih melihat matahari yang sama, tidak ada yang tidak mungkin di antara kita berdua."
Ya. Kamu hanya butuh sedikit kepercayaan diri, Dinda. Semua hal di dunia ini mungkin terjadi.
12.00 AM
Yah, selamat tahun baru. Sepertinya aku benar-benar harus membuang semua yang lama dan mengganti buku kehidupanku menjadi buku yang baru, kalau bisa yang baru dibuat dari pabrik kertas.
Ketika aku mau keluar kamar untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada adik-adikku, tiba-tiba HP-ku berbunyi. Jantungku seakan mau meloncat dari tempatnya semula berada. Er... mungkin itu Mama atau Papa. Mungkin itu Yvonne. Mungkin itu SMS dari operator telepon yang mengucapkan selamat tahun baru kepada para pelanggannya.
Dengan jari-jari gemetaran aku menekan beberapa tombol di HP, dan kemudian aku terhenyak sedikit saat membaca pengirim SMS itu.
From: Narendra
Happy new year, Dinda :) One greatest gift this year would be having you back in my arms again... would you?
Aku tergetar. Sekujur badanku tiba-tiba lemas dan seakan-akan aku tidak bisa menekan tombol apapun di HP. Pelan-pelan aku tersenyum.
Ya, di dunia ini tidak ada yang mustahil.
"One moment of patience may ward off great disaster. One moment of impatience may ruin a whole life." -Chinese proverb
Forever yours: Judy Wilhelmina
P.S.: Gue bikin cerpen (err... apakah cukup pendek untuk dibilang cerpen?) ini untuk membunuh waktu menunggu di Changi Airport. So, enjoy!
No comments:
Post a Comment