Halo Diary,
Hari ini bisa dibilang adalah salah satu hari tersedih yang pernah aku alami selama sembilan belas tahun aku hidup di dunia. Hari ini, aku merasa sangat kehilangan sesuatu, sesuatu yang selalu menemaniku sejak... ah, aku lupa sejak kapan. Yang aku ingat adalah dia telah menemaniku sejak aku tahu aku bisa mengingat hal-hal yang terjadi dalam hidupku.
Saat aku menulis kata demi kata di buku ini, memoriku kembali memutar kenangan-kenanganku bersamanya. Masih teringat jelas kapan pertama kali kita bertemu. Aku berusia sekitar empat tahun, dan menjalani hari pertamaku di taman kanak-kanak. Dia datang kepadaku dan langsung menjadi temanku yang pertama. Setahun berlalu, aku sudah mempunyai banyak teman, namun dia tetap menjadi teman terbaikku dan aku tidak akan pernah melupakannya.
Saat aku masuk SD, lagi-lagi dia selalu ada bersamaku. Dia selalu mendukungku ditengah-tengah pelajaran yang semakin sulit dari tahun ke tahun. Lagi-lagi walaupun aku mempunyai banyak teman baru, aku tidak bisa meninggalkannya, dan aku juga tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika dia meninggalkanku. Sekitar umur delapan tahun, aku baru menyadari bahwa aku mencintaimu. Tentu saja bukan cinta eros antara dua orang lelaki dan perempuan, tapi cinta kepada sahabat. Cinta itu punya arti yang tidak terbatas, bukan?
Masuk ke SMP, duniaku berubah seakan-akan aku naik roller coaster puluhan kali. Tubuhku berubah, aku tidak sependek dulu lagi, mulai ada beberapa hal yang menonjol dalam diriku, bagaimana repotnya aku harus berurusan dengan jerawat dan sakit perut setiap bulan, teman-teman yang (ternyata) punya banyak niat jahat kepadaku, teman-teman yang banyak memanfaatkanku hanya karena aku pintar dalam pelajaran Bahasa Inggris, perasaanku yang mulai berbeda dalam melihat cowok, dan banyak lagi perubahan-perubahan drastis yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Tetapi jika aku bertemu dengannya, semua persoalan dan beban itu hilang. Aku bisa bercerita apa saja kepadanya, bahkan menangis didepannya, dan dia akan tersenyum serta menyemangatiku. Dia tidak pernah menuntut balasan apapun, tidak pernah mengeluh, tidak pernah marah, tidak pernah menyinggungku dan tidak pernah pula merasa tersinggung.
Tidak terasa aku sudah memasuki umur lima belas tahun, masuk SMA. Semuanya terasa semakin berat. Memang benar apa kata orang, bahwa hidup sudah mulai terasa berat saat kau memasuki masa SMP, dan semakin berat di masa SMA. Mulai dari masalah-masalah kecil seperti kebingungan memilih jurusan IPA/IPS (dan akhirnya aku memilih IPA untuk menjamin masa depanku di bangku kuliah), sampai masalah-masalah besar seperti perceraian kedua orang tuaku. Lagi-lagi dia muncul, menawarkan seberkas cinta dan perhatian disaat-saat aku membutuhkannya. Aku tidak peduli pendapat orang yang mengolok-olok aku dengan sebutan 'kekanak-kanakkan' karena masih curhat kepadanya atau betapa rentan dan rapuhnya dia setelah bertahun-tahun menemaniku. Selama dia masih ada untukku, aku akan selalu ada untuknya.
Hari ini dia sudah tidak ada, Diary. Aku begitu sedih. Walaupun dia tidak pernah berbicara kepadaku dan hanya tersenyum setiap kali aku melihatnya, namun dia sudah memberi dampak begitu besar dalam hidupku. Memberiku semangat untuk menjalani hari-hariku. Menjadi sahabat pada saat-saat dimana aku sangat membutuhkan sahabat. Dan yang paling penting, mengajarkan kepadaku bahwa cinta memiliki arti yang tak terbatas.
Selamat jalan, Popo boneka kura-kura kecilku. Semoga kamu bisa senang di rumah pemilikmu yang baru. Semoga kamu bisa mengajarkan cinta kepada pemilik barumu, sama seperti kamu mengajarkan makna cinta kepadaku.
"Many people will walk in and out of your life, but only true friends will leave footprints in your heart." -Anonymous
Forever yours: Judy Wilhelmina
No comments:
Post a Comment