Salam semua,
Untuk memulai note ini, saya akan menceritakan apa yang terjadi di Jogjakarta sehingga saya bisa mendapat inspirasi yang tepat untuk menulis.
Di Jogjakarta, saya tinggal di sebuah desa sederhana di bilangan daerah Godean. Pada saat itu saya tinggal di rumah kerabat dekat keluarga. Desanya sangat tenang, di pagi hari kabut masih menyelimuti jalan, di sore hari, anak-anak akan berlarian tertawa riang sambil bermain (kok jadi kayak novel roman picisan gini, lanjut ye).
Rumah dan keluarga yang menampung saya ini terletak persis berseberangan dengan Masjid yang warnanya cukup nge-jreng (jelaslah, atapnya biru, dan gedungnya warnanya hijau necis ngejreng gitu. Very eye-catching). Hari itu adalah hari Jumat, bertepatan pula dengan Maulid Nabi Muhammad, dan di Jogjakarta, hari itu adalah hari yang sangat dirayakan lengkap dengan berbagai macam festival tradisional yang kaya makna.
Tepat jam 9, khotbah di Masjid itu dimulai, ramai sekali. Saya kebetulan sedang terantuk-antuk di kamar, tapi ya namanya Masjid, di Indonesia, mereka memfasilitasikan gedungnya dengan Loudspeaker yang suaranya menembus sukma manusia-manusia sekitarnya.
Khotbahnya dimulai dengan suara tenang si Om pembicara (yang semulanya saya kira Pak Ustad, tapi mohon baca lebih lanjut) dengan kalimat yang cukup 'nendang':
"Saya ini utusan Nabi Muhammad, tetapi saya adalah pengikut Kristus"
Wow.
Beliau melanjutkan khotbahnya dengan pengalaman pribadinya bagaimana Nabi Muhammad bisa datang ke dalam mimpi beliau dan 'mengutus' beliau untuk menyebarkan pesan yang Nabi Muhammad sampaikan kepada beliau melalui mimpi itu.
Pesan untuk hari itu panjang sekali, saya karena sudah ngantuk, jadi dapetnya separuh saja (maaf ya), tapi sebagian itu ternyata bisa saya kembangkan menjadi sebuah note yang semoga bisa menarik untuk dibaca. Akan saya lanjutkan dengan sebuah kutipan dari khotbah beliau lagi -yang sudah saya terjemahkan dari Boso Jowo ke Bahasa Indonesia - :
"Banyak sekali orang sekarang yang berspekulasi bahwa si A ini orang Kristen yang mau mengkristenkan kawannya, si B yang Islam. Atau si C ini seorang Muslim yang mau mengislamkan kawannya si D yang Kristen. Kenapa ini bisa terjadi? Salah satunya adalah kurangnya semangat berbagi orang-orang sekarang.
Saya ini seorang Kristen yang biasa-biasa saja, namun saya percaya di setiap kepercayaan, manusia diajarkan untuk saling berbagi bersama demi kerukunan dan kebaikan. Kebetulan di malam yang istimewa ini, saya mendapatkan sebuah pesan khusus dari Nabi Muhammad untuk saya bagi kepada saudara-saudara sekalian.
Coba pikir, di sebuah keluarga saja orang bisa bunuh-bunuhan. Bapake wong sugih, punya rumah harganya 1 Miliar, 2 Miliar. Punya anak tiga, semua orang-orang pinter sekolahan luar negeri.
Suatu hari, si Bapak mangkat, di surat wasiatnya tidak ada nama 3 anaknya yang akan mendapatkan rumah besar ini. Rumah ini justru diwariskan ke kemenakan si Bapak ini. Anak-anaknya saling tuduh, berakhir saling bunuh.
Tidak ada satupun yang berpikir kalau sepupu mereka itu memang sedang susah, yang ternyata ibunya baru meninggal, bapaknya sakit, adeknya bingung mau sekolah gimana."
Silahkan para pembaca mengambil saat untuk potongan khotbah tadi untuk merasuk ke sanubari anda sekalian.
Nah, kalau sudah merasuk sanubari, mari kita bahas dalam bahasa yang lebih sederhana.
Kalau kamu saya kasih minum pas hari panas dan kamu sedang haus, kamu seneng kan?
Kalau kamu mau berbagi 500 Rupiah saja kepada Mas Pengamen yang tadi pagi ketemu di Bis, dia senang kan? Dia bisa beli aqua gelas lho, atau beli gorengan buat isi perut.
Maksud saya, kalau memang anda ini memiliki sesuatu yang lebih, janganlah ragu untuk berbagi. I mean, you really never know what good would happen when you share.
Janganlah juga pandang bulu (atau agama, atau kelamin, umur, latar belakang pendidikan, dll) ketika kita berniat untuk berbagi.
Berbagilah karena kita ingin berbagi, karena kita ikhlas untuk memberi.
Hal seperti si Kristiani berceramah di Masjid memang mungkin hanya bisa terjadi di belahan-belahan tertentu di Indonesia, dan menurut saudara sekalian, mengapa hanya di belahan-belahan tertentu di Indonesia? Mengapa tidak di seluruh Indonesia?
Keinginan untuk berbagi itu baiknya dilandasi dengan rasa kepercayaan, dan ketulusan hati. Kalau memang punya sesuatu yang kita pikir akan membawa perbedaan yang baik untuk lingkungan sekitar (dari Mama, Papa, Dede, Om, Tante, Ujang, Tono, Susi, Eyang, Ncing, Ncang, Opung, tetangga, si cewek cakep yang ketemu di halte tiap Senin, atau si mas pengamen),
Janganlah ragu untuk berbagi bersama!
I believe in this universe, what goes around comes around, so, as the saying goes, "Let us all pass the good will".
No comments:
Post a Comment