Salam,
Ojek, sebuah media transportasi yang amat khas ditemukan di Indonesia.
Mereka berada di manapun: di setiap ujung jalan, di tepi perempatan, di jalan masuk kompleks perumahan anda, di dekat mall, di pojok dekat tempat ‘nongkrong’ terdekat, di parkiran restoran favorit, dan tentunya selalu dekat rumah.
Mereka selalu setia dan sedia kapanpun: Baru pulang ngapelin pacar jam setengah 10 malam, pagi-pagi terlambat bangun, lihat jam di rumah sudah menunjukkan pukul 6.15, dan sekolah masuk jam 6.30! Tenang, Ojek akan membawa anda tepat waktu (dengan keselamatan minim, tapi yang penting sampai dong). Sudah sampai kampus, ketinggalan laptop, padahal hari ini presentasi yang sangat penting! Tinggal telpon tukang ojek langganan anda, maka laptop anda pun akan sampai dalam waktu kurang dari satu jam (dengan keselamatan minim dari si tukang ojek, tapi yang penting sampai dong)
Ojek tentunya digunakan oleh siapapun: Anak mobil yang baru kecelakaan di jalan, mobilnya ringsek, pasti cari ojek. Guru sekolah yang kesiangan gara-gara waktu malam nonton bola sama anak-anak, pasti cari ojek. Pegawai swasta maupun negeri, ingin cepat sampai di kantor, pasti cari ojek. Seorang pejabat, yang terlambat meeting gara-gara kesiangan ketiduran di kantor, sedangkan meeting di gedung lain, pasti cari ojek.
Nah, karena Ojek ini memiliki dampak yang cukup signifikan dalam hidup kita sebagai orang Indonesia, dan saya sebagai salah satu pemakai layanan ojek setia (langganan sama tiga tukang ojek berbeda!), saya tidak pernah meragukan bahwa layanan ojek saya selalu aktual, tajam, dan terpercaya. Setelah beberapa bulan ini aktif menggunakan ojek, dan banyak menghabiskan waktu sama bapak-bapak tukang ojek, akhirnya timbulah sebuah inspirasi untuk menuliskan note kali ini. Sebuah Petunjuk Hidup Sejahtera Dari Sudut Pandang Tukang Ojek .
Kita semua tahu, para tukang ojek itu adalah orang-orang yang sangat bersahaja, sederhana, dan masing-masing memiliki cerita yang patut didengar. Namun dari pribadi mereka yang sangat bersahaja itu, mereka sudah merasakan asam-garamnya dunia ini, dan setiap cerita mereka menunjukkan betapa mereka bisa menghadapi kehidupan dengan keuletan, kejujuran, dan kebijakan. Dari banyak cerita yang sudah saya dengar, cerna, dan rangkumkan, inilah note yang kita bisa mengerti dan tertawa bersama akan kehidupan sehari-hari.
Pandangan Tukang Ojek Tentang Hidup:
“Asal keluarga seneng, motor masih bisa dicicil, masih bisa makan, ya seneng...”
(Keluarga itu nomor satu)
“Sebelum narik Ojek, berdoa, waktu nunggu penumpang, berdoa, waktu lagi narik di jalan, berdoa, nanti waktu udah dapet duit, berdoa lagi.”
(Tidak boleh lupa berdoa dan bersyukur sama Tuhan)
”Kalau udah dapet setoran, ada baiknya kita bagi-bagi rejeki sama sesama penarik ojek... Walaupun cuma bisa beliin mereka rokok atau kopi, yang penting mereka juga seneng...”
(Selalu ingat sama teman seperjuangan)
”Selalu inget kalau kita tuh bawa penumpang, jadi mau ngebut juga harus hati-hati”
(Dalam hidup, pasti selalu ada tanggung jawab)
Tentang Pekerjaan dan profesionalisme
”Hujan ya kehujanan, panas ya kepanasan, narik ojek ya tetep narik.”
(Tidak ada alasan bolos kerja)
”Yang mesen ojek (penumpang) tuh segala macem orang, dari yang astaghfirullah sampai alhamdulillah, tapi mereka juga orang yang ngasih rejeki sama kita... jadi harus tetep aja kita baik sama sopan sama mereka.”
(Customer Service)
”Ga boleh lupa kalau preman pasar terdekat itu juga manusia... tapi ada baiknya kita temenin dia juga... kasih rokok lebih, traktir kopi... jamin waktu ngetem ga perlu bayar timer sama dia...hehehe”
(Baik-baik sama bos)
”Orang yang langganan sama kita ga bisa selalu nomer satu, kalau lagi ada yang perlu banget saat itu, rejeki ga boleh ditolak dong...”
(First come, first serve)
Tentang Cinta
”Yang penting, Bini’ seneng!”
(Ini cukup jelas bagi yang sudah menikah)
”Yaa... yang namanya penumpang kan ga cuman satu...”
(Masih banyak ikan di laut)
”Kalau lagi nganter bini’ kemana-mana, bilang sama dia supaya pegangan yang kenceng hahaha.”
(Kemesraan adalah bumbu yang manjur untuk hubungan yang harmonis)
”Bini’ tuh paling seneng kalau kita pulang senyum, selamat, dan seneng.”
(Istri, Kekasih, Pacar, yang sayang sama kita, pasti senang kalau lihat kita senang.)
”Yang namanya pelanggan pasti, pasti nelpon kita kalau emang butuh. Pelanggan pasti ga kemana.”
(Jodoh tidak akan kemana)
Tentang Keluarga
”Yang penting anak sekolahnya bagus aja dah, biar gedenya sukses.”(Setiap orangtua pasti berharap akan kesukseskan anaknya)
”Anak laki harus ada pegangan, makannya ane suruh belajar silat.”
(Setiap anak harus memiliki kemampuan untuk menghadapi hidup)
”Anak gadis ga boleh pulang malem-malem, soalnya harus bantu emaknya di rumah.”
(Main boleh, tapi membantu keluarga itu sebuah kewajiban)
”Yang penting bayar sekolah ga telat, keluarga masih bisa makan nasi, saya juga badan sehat.”
(Seorang kepala keluarga akan melakukan apapun demi menafkahi keluarganya)
Tentang Pertemanan
”Kalau lagi narik, kita harus pasang tampang paling ramah, keliatan paling rapih, dan ngomong juga harus sopan biar dapet penumpang. Kalau kita ga usaha, ya ga dapet rejeki dong.”
(Life is a competition, when it comes to the gold, it’s about who gets it first)
“Narik boleh kenceng, tapi ngopi bareng, bagi-bagi rokok, gaplek bareng, sama nonton bola kudu ga boleh lupa sama temen-temen”
(Sesibuk apapun kita, menghabiskan waktu dengan teman-teman itu penting)
”Kalau anak tetangga orang tuanya lagi sibuk, kita bisa bantu dia anterin aja ke sekolahan.”
(Orang sedang susah seyogyanya kita bantu jika kita bisa)
”Kadang tuh temen kita suka minta tolong, tapi kalau kita lagi narik, ya kerja dulu dong... duitnya kan juga buat keluarga”
(Janganlah memaksakan kehendak, lihatlah situasi dan kondisi)
Tentang Politik
”Yang kaya makin kaya, yang miskin makin melarat. Kita, ya gini-gini aja dah.”
(Bagi kita, ini cukup jelas sedang membahas apa.)
”Tiap kali kita liat di tipi (baca: TV) tuh, kok kantor DPR MPR kosong mulu ya?”
”Ya orang ngomong korupsi mesti diberantas, tapi pungli masih ada, preman masih minta, mau jadi apa dong kita?”
”Katanya kerja bikin rakyat sejahtera, kok tidur?”
(Komentar seorang tukang ojek ketika melihat seorang anggota DPR tidur di meja kantornya)
”Orang gede tuh kadang bikin susah, ga mikirin orang kecilnya, mobil pake dikawal pake sirene. Udah tau tinggal di Jakarta, nanti pake alasan telat di kantor gara-gara macet. Mana dia bisa ngerti perasaan rakyat, orang ke kantor pake mobil mewah, dikawal, pake sirene supaya semua minggir... alah alah”
Memang benar adanya kalau ilmu dapat kita cari di mana saja, dari siapa saja, asalkan kita pandai-pandai melihat dan menggali.
Kita memang bukan manusia sempurna, banyak kalanya kita mengeluh akan keadaan kita sekarang ini. Maka dari itu, marilah kita semua belajar bersama kebijakan para tukang ojek dalam menghadapi hidup ini dengan bersahaja, sederhana, dan bijak.
No comments:
Post a Comment