Tuesday, July 13, 2010

Si Buaya Yang Setia


Buaya, Reptilia berdarah dingin, bersisik, melata, dan terkenal seram.
Beragam jenis buaya yang berada di dunia ini, beragam
Warna, bentuk, dan ukuran mereka.

Buaya di Indonesia, sudah hidup mungkin beratus-ratus tahun dalam
Kesalah pahaman yang membahana. Mereka dimaki, dicerca,
dijadikan sebuah kambing hitam (mungkin dalam konteks ini, buaya hitam.. hahaha)
dalam pelbagai hal. Contoh:

“DASAR KAMU LELAKI BUAYA DARAT!!!” *tidak lupa bunyi PLAK yang cukup nyaring disebabkan oleh tamparan maut dari sang wanita yang mendarat empuk di wajah sang lelaki... Buset! Aku tertipu lagi... uououou...

Atau

“LAKI-LAKI BUAYA!!!” *dilengkapi dengan eksyen melempar sebuah benda keras ke arah sang lelaki, sang lelaki menghindar, dan nampak berusaha menjelaskan apa yang terjadi.

Atau

“Cih, tidak usah menitikkan air mata buaya seperti itu.” * dengan lagu melankolis... senja merah yang bersinar... aah... betapa dunia ini panggung sandiwara...

Mungkin ini juga,

“Buaya putih itu bisa dijadikan pesugihan paling ampuh...*komat-kamit”
Setting sebuah ruangan dipenuhi asap bau menyan...anda tahu lanjutannya bagaimana

Inipun sebuah masalah besar di negara ini, di mana konteks laki-laki itu disamakan
dengan reptilia tidak berdosa, yang nampaknya juga tidak perduli urusan manusia. Itu terkecuali jika mereka memutuskan untuk mengadakan konferensi pers suatu hari, untuk menyuarakan pendapat mereka tentang manusia... let’s hope not.

Ide dasar dari tulisan ini dimulai seketika saya sedang berbincang dengan adik saya, dia sedang menceritakan bahwa kelasnya sedang membicarakan adat-istiadat pernikahan tradisional Betawi. Dia dan kawan-kawannya sedang memikirkan untuk di mana mereka harus membeli Roti Buaya , karena itu adalah sebuah makanan istimewa yang selalu disuguhi dalam acara pernikahan Betawi.

Lantas terlintas di benak, “Hm, kenapa Buaya di pernikahan?” Adik saya, Shadia, yang nampaknya bisa membaca pikiran saya dan raut muka penasaran saya (secara, gua kakaknya gitu...), menyeletuk, “Kak, soalnya kata guruku, buaya itu simbol kesetiaan. Mereka kan kalau musim kawin Cuma kawin sama pasangannya aja, ga ganti-ganti sampai mereka mati.”

Oh ya?

Setelah beberapa situs internet tentang buaya, dan beberapa buku tentang reptilia, tidak lupa channel TV terkenal dengan logo berwarna hijau, dengan seekor gajah putih yang menggapai bola dunia dengan belalainya. Ternyata, roti buaya adalah simbol paling tepat untuk mencerminkan kesetiaan.

Buaya jantan pada saatnya akan memilih seekor buaya betina untuk dikawini. Pada musim kawin selanjutnya, buaya jantan itu akan kembali lagi kepada buaya betina yang dipilihnya pada musim lalu, dan musim selanjutnya, dan seterusnya.

Selain itu, ketika buaya betina sedang mengandung, maka buaya jantan yang akan pergi berburu lebih sering, dan membawa hasil buruannya ke daerah buaya betina itu bersarang. Ketika buaya betina itu sedang menetaskan telur-telurnya, buaya jantan itu akan berjaga-jaga tidak jauh dari sarang itu berada.

Buaya juga bukan binatang darat yang sepenuhnya menghabiskan waktu di darat. Buaya hanya pergi ke darat untuk berjemur. Seketika diperlukan. Hm, apakah ini mungkin asal-muasal “buaya darat”? -lelaki yang mengambil apa yang diperlukan dari seorang wanita-... mungkin saja

Satu hal lagi, Buaya jantan ataupun betina, tidak menangis.

Aha.

Kenyataanya, buaya, reptilia yang berdarah dingin dan nampak kejam itu, adalah seorang pejantan tangguh yang lebih mengerti tentang kesetiaan dari banyak manusia.
Manusia ada juga kan yang selingkuh, mendua, mentiga, dan seterusnya.

Kalau seekor buaya dengan IQ yang lebih rendah dari lumba-lumba (sebenarnya sih belum dihitung juga ya, lu pada bayangin aja, buaya lu suruh milih warna dan bentuk, atau ngisi psiko tes kalau kepala lu kagak dicaplok duluan...), bisa tetap pada satu pasangan. Kenapa banyak dari kita masih tetap tidak setia?

Buaya juga bukanlah binatang yang cengeng atau dipenuhi drama asmara. Bahwasannya, mereka tidak menangis. Apa mungkin buaya memiliki kelenjar air mata yang fungsinya dan cara kerjanya berbeda dengan manusia? Kemungkinan besar iya.

Nah, setelah diskusi yang cukup seru tentang buaya, marilah kita capai sebuah ringkasan yang baik. Gunakanlah kata-kata yang tepat jika ingin mencemooh, atau memberi predikat yang tidak menyalahkan binatang. Atau paling sedikit, pilihlah binatang yang tepat!


Mari kita coba bersama-sama:
“DASAR KAMU LELAKI BUAYA DARAT!!!”

menjadi:

”DASAR KAMU LAKI-LAKI TIDAK TAHU DIRI!!”

Atau kalau menurut tante saya,

”DASAR KAMU LAKI-LAKI KUCING!!”

Contoh kedua:
”DASAR KAMU LAKI-LAKI BUAYA!!”

Menjadi:

”DASAR KAMU LAKI-LAKI TIDAK SETIA!!”

Contoh ketiga:
”Cih, tidak usah menitikkan air mata buaya seperti itu...”

Menjadi:

”Cih, tidak usah pura-pura menangis seperti itu... sia-sia saja...”

Atau, kalau memilih binatang yang tepat:

”Cih, tidak usah menitikkan air mata penyu seperti itu..”

Air mata penyu? Huahahah.. memang lucu, saya saja yang nulis geli, tapi benar,
Penyu hanya menangis seketika ia sedang menetaskan telur. TETAPI, ia tidak menangis kesakitan, tetapi ia membersihkan kotoran dan garam yang ada di matanya. Yang nampaknya menangis kesakitan... haha.

sometimes things are not always what they seem

Kaum Adam seharusnya bangga jika dipanggil BUAYA. Karena mereka setia!
Tak lupa bersisik, melata, berekor, bermoncong tajam dilengkapi gigi-gigi tajam,
Dan kemampuan menahan napas dalam air selama beberapa jam.

Asyik juga ya jadi buaya?

Maka teman-temanku, kaum lelaki, marilah kita berubah menjadi laki-laki yang setia, berdarah dingin, bersisik, melata, berekor, bermoncong tajam, bergigi tajam, dan berkemampuan menahan napas dalam air selama beberapa jam. Hijau atau Albino, silahkan pilih. Marilah, kita jadi, BUAYA.
Wahai laki-laki dan wanita-wanita kucing di luar sana... belajarlah dari seekor buaya...
Huahahaha...

TENANG! Itu bukanlah paragraf penutup! Masa iya, gua memberi pesan sesat bagi para
Kaum Adam untuk jadi reptil. Gila kali gua.

Kalau binatang kayak buaya saja bisa setia pada pasangannya, kenapa kita, makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, dicetak menurut rupa-Nya, diberi akal budi dan hati, bisa tergoda untuk menyeleweng, selingkuh, atau mendua?

Tanyalah pada seekor buaya rahasia untuk setia...



Raka 'Buaya' Siga Panji Pradsmadji

No comments:

Post a Comment